Para orang tua pasti sudah tidak asing lagi dengan kata "autisme"
yang kerap dikaitkan dengan penyakit mental. Benarkah mitos tersebut ?
Kali ini, dalam rangka memperingati Hari Peduli Autisme Se-dunia tepatnya tanggal 2 April, Eductory akan berbagi informasi mengenai autisme untuk menjawab pertanyaan diatas.
Meski sering dianggap sebagai penyakit mental, menurut sumber yang terpecaya, autisme
merupakan gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gangguan
interaksi sosial dan komunikasi, ditambah perilaku yang terbatas dan
namun berulang.
Penyebab umum autisme ini telah lama diduga disebabkan oleh kelainan di tingkat genetik kognitif.
Namun, ada kecurigaan meningkat bahwa autisme adalah bukan gangguan
yang kompleks yang inti aspek memiliki penyebab yang berbeda yang sering
bersamaterjadi.
Tiga gambar penampakan pasangan kromosom A, B yang hampir identik.
1: B hilang segmen A. (Penghapusan / Delesi)
2: B memiliki dua salinan dari segmen berdekatan A. (Penggandaan / Duplikasi)
3: salinan B dari A adalah segmen dalam urutan terbalik. (Pembalikan / Inversi)
Penyembuhan
Tujuan utama ketika merawat anak-anak
autisme adalah untuk mengurangi tekanan keluarga sekaligus meningkatkan
kualitas hidup dan kemandirian fungsional. Tidak ada pengobatan tunggal
yang terbaik. Selain itu pengobatan yang dilakukan biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Korelasi antara Dukungan keluarga dan sistem
pendidikan dapat dijadikan sumber daya utama untuk pengobatan.
Ciri-Ciri Anak Penyandang Autis
- Gangguan interaksi sosial
- Hambatan dalam komunikasi verbal dan non-verbal
- Kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas
Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autis:
- Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
- Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
- Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
- Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
- Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
- Jarang memainkan permainan khayalan
- Suka memutar benda
- Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik
- Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif
- Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal
- Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima/mengalami perubahan
- Tidak takut akan bahaya
- Terpaku pada permainan yang ganjil
- Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
- Tidak mau dipeluk
- Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
- Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata,-lebih senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
- Jengkel/kesal membabi buta, tampak sangat rusuh untuk alasan yang tidak jelas
- Melakukan gerakan dan ritual tertentu secara berulang (misalnya bergoyang-goyang atau mengepak-ngepakkan lengannya)
- Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali. Jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya).
- Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri.
- Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil (tidak ingin menendang bola tetapi dapat menyusun balok)
Sumber
http://eductory.com/index.php/stories/645-seputar-dunia-anak-penyandang-autis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar